
Tanggal 3 Syawal. Hari kumpul keluarga besar dari ibu. Saat berita acara dibacakan, teh Ani (sepupuku yang bertugas menjadi MC) membacakan Up Date Family News terbaru, salah satunya adalah:
“Sekarang jumlah cucu nenek Sambong ada 88 orang,”
CUCU doang! Wew.
Berarti angka tersebut belum ditambah jumlah:
1. Anak dari nenek, juga
2. Jumlah cicit-cicitnya.
Pantesan rame banget… tapi ya alhamdulillah, saya bersyukur karena saya bisa bertemu dengan mereka semua. Karena mungkin saya orang yang tinggal jauh dari keluarga. Mereka di Bandung sedangkan saya di Jogja. Kebanyakan yang hadir memang anak-anak, balita, dan para bayi. Waduh… Nggak kerasa… saya sudah tumbuh sejauh ini…
Pagi hari, taushiyah dari penyelenggara acara, yaitu Mang Uum. Beliau adalah adik ibuku. Taushiyah nya menyenangkan sekali. Tentang potensi, semangat, kehidupan, dan semuanya itu akan berujung pada kematian, dimana segala apa yang kita kerjakan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Alloh SWT. Lalu dilanjutkan acara makan-makan, wew, dari sejak pertama kali saya menginjakan kaki di Bandung, sumpah… bawaannya makaaaannnn terus!! Maklum, udah lama saya tidak makan makanan khas Sunda.
Menjelang siang, saatnya acara hiburan. Berbagai permainan digelar. Semua anggota keluarga ikut bermain.
Termasuk saya.
Dan, yang paling mengagetkan adalah kakak saya yang laki-laki, Haidar. Dia itu pendiam loh! Serius. Dia tipikal orang yang tidak banyak bicara, tapi banyak bekerja. Namun, saat permainan joget sambil nahan balon dikepala, yang duet sama Ikbal (adik saya), lincah bangeeeettt….
Semua keluargaku yang lain pada ngasih komentar, “Ya ampun A Idang, meuni heboh ternyata (Ya ampun a Idang heboh banget).”
Ibu saya bengong, melihat anak cowok pertamanya joget-joget kayak gitu.
Saat sore hari tiba, para anggota keluarga mulai kelelahan hingga banyak yang tiduran di lantai dan kursi. Berhubung kamar yang tersedia tidak dapat menampung seluruh anggota keluarga, banyak ponakan, sepupu, Wa, Mang, dan Bibi yang hunting lantai kosong di beberapa ruangan. Tempat yang dipakai adalah ruang tamu, ruang tengah, ruang nonton TV. Semua ruangan sebelumnya telah disulap dengan mengeluarkan kursi ke halaman, dan lantai telah dilapisi karpet-karpet hangat. Kami semua, apalagi yang anak-anak beramai-ramai menempati tempat yang PW, yang dekat dengan kipas angin.
Namun ketika saya hendak rebahan dekat Dira, adik laki-laki Ibu saya, mang Dede berteriak,
“Tuh liat! Pa Udin mah tempatna ge asik.”
Tentu saja semua orang mencari dimana bapak rebahan, dan ternyata… di kolong meja bo! Satu persatu semua orang tertawa melihat polah bapak saya,
“Abis berdesak-desakan gitu, mending disini, luas, dingin lagi...” Jawab bapak saya sambil tertawa pula.
Ya Ampun bapak.... ada-ada aja tingkahnya…