Jumat, 09 Juli 2010

Survei Brand Awareness Omus Clothing pada Mahasiswa Fisipol UMY 2010

A. LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia di dunia memiliki beberapa kebutuhan dasar yang harus dipenuhi guna kelangsungan hidup mereka. Kebutuhan tersebut seperti pangan, sandang, dan papan. Sebagai unsur yang berada pada posisi prioritas kedua, pakaian menjadi hal yang juga penting untuk dipenuhi manusia. Manusia membutuhkan pelapis tubuh agar terlindung dari hawa dingin dan panasnya suhu bumi. Seiring dengan berkembangnya zaman ke arah yang lebih modern, juga luasnya kebutuhan manusia akan sandang, semakin membuat para pelaku bisnis di dunia menciptakan berbagai model dan karakter dari pakaian itu sendiri dengan menyesuaikan kultur, lingkungan bahkan aturan berpakaian dalam setiap agama. Setiap manusia memiliki pilihan masing-masing dalam memilih mana pakaian yang cocok untuk mereka. Salah satu cara mereka mengenali produk pakaian tersebut melalui merk (brand). Mereka mengingat brand pakaian yang terkait, yang kita kenal dalam konsep Brand awareness.
Brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu (Aaker, 1997). Tingkat yang paling rendah, pengenalan merek, didasarkan pada suatu tes pengingatan kembali lewat bantuan. Pada responden, diberi sekelompok merek dari kelas produk tertentu dan diminta untuk mengidentifikasi produk-produk yang pernah mereka dengar sebelumnya. Pengenalan merek adalah tingkat dari kesadaran merek. Ini penting khususnya ketika seorang pembeli memilih suatu merek pada saat pembelian. Tingkat berikutnya adalah pengingatan kembali merek (brand recall). Pengingatan kembali merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk, ini diistilahkan dengan ‘pengingatan kembali tanpa bantuan’ karena berbeda dengan tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut. Pengingatan kembali tanpa bantuan adalah tugas yang jauh lebih sulit daripada pengenalan dan ini memilki asosiasi yang berkaitan dengan posisi suatu merek yang lebih kuat. Tingkatan dalam brand awareness ini digambarkan melalui suatu piramida.

(Sumber : Hermawan Kartajaya, 1996)

Merek yang disebutkan pertama dalam suatu tugas ‘pengingatan kembali tanpa bantuan’ berarti lebih meraih kesadaran puncak pikiran (top of mind awareness), suatu posisi yang istimewa. Merek tersebut menjadi pimpinan dari berbagai mereka yang ada dalam pikiran seseorang. Hal-hal yang dapat meningkatkan kesadaran diantaranya: Berbagai kegiatan yang disponsori, publisitas, penampakan, symbol dan penggunaan perluasan merek (Aaker, 1997)
Di Indonesia sendiri, semenjak memasuki era globalisasi dan dengan beranekaragamnya budaya serta agama yang ada, menjadi awal dari munculnya berbagai tempat usaha yang menawarkan berbagai jenis dan model pakaian. Dari mulai toko pakaian di pasar, distro bahkan sampai butik baju terkemuka semuanya ada untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sandang tersebut. Bahkan segmentasi yang ditawarkan para pengusaha pakaian mulai meluas. Misalnya, dengan mayoritas jumlah penganut agama islam yang ada di Indonesia membuat toko-toko pakaian muslim berjamuran di hampir semua pusat perbelanjaan. Ditambah lagi dengan kemajuan trend, pakaian muslim pun sudah mulai berubah meninggalkan ciri konvensional yang dulu diterapkan oleh sebagian besar masyarakat islam.
Artinya dengan didukung kemajuan trend dan teknologi, maka masyarakat semakin kritis dan kreatif dalam memadupadankan busana. Namun harus dipahami pula, variasi desain pakaian muslim yang lebih modern seperti akhir-akhir ini tidaklah mengubah nilai-nilai islam tentang cara berpakaian yang baik. Sebagai contoh, pada masa lalu, busana muslim pria dan wanita identik dengan baju koko dan gamis, akan tetapi dewasa ini semua berubah menjadi lebih casual dan up-to-date serta tetap dalam ranah nilai-nilai Islam, seperti tidak ketat dan membentuk lekukan pada tubuh.
Berdasarkan beberapa hal diatas, dapat kita ketahui bahwa kreativitas dan inovasi pakaian muslim sudah jauh berbeda dengan masa sebelumnya, khususnya yang dikenakan para remaja di Indonesia. Remaja muslim sekarang tidak malu lagi untuk menutupi aurat bahkan mereka bangga dengan cara berpakaian yang santun namun tetap mengikuti trend sesuai berkembangnya zaman. Selain itu, faktor-faktor diatas juga justru membuat banyaknya bibit-bibit unggul para designer muda Indonesia dalam menciptakan sebuah konsep busana yang menarik. Hal tersebut sungguh menjadi sesuatu yang luar biasa dan patut untuk dikembangkan ke arah yang positif.


B. ISU
Dengan berkembangnya pemikiran masyarakat tentang gaya busana remaja yang menarik namun tidak meninggalkan nilai-nilai agama ataupun budaya, membuat Omus sebagai salah satu badan usaha di ranah konveksi muncul untuk mewujudkan keinginan masyarakat muslim, khususnya bagi kaum remaja. Bermodalkan isu tersebut, perlahan-lahan Omus hadir untuk menawarkan berbagai jenis dan model pakaian muslim yang bernafaskan anak muda lewat taglinenya ‘Muda, Muslim, Merdeka’.
Beberapa keunggulan pun diperlihatkan Omus yang baru berumur 2 tahun itu dalam memperkenalkan diri sebagai sebuah produk busana muslim yang berbeda dari brand lainnya. Hal yang menjadi cirri khas produk ini adalah dengan menggunakan bahan dasar kaos, memamerkan desain-desain yang kreatif, juga mencantumkan pesan-pesan islami pada design produknya. Hal tersebut dianggap menjadi senjata utama mereka dibandingkan brand lainnya. Untuk melancarkan penjualan, Omus senantiasa mengatur strategi pemasaran.
Salah satu strategi tersebut adalah dengan menjadi sponsor acara Broadcaster Award#2 di UMY (29 Maret – 1 April 2010). Selain itu, mereka pun merekrut beberapa mahasiswa/i di Jogja untuk menjadi model dari produk pakaian mereka. Dan sejauh ini upaya mereka tersebut dapat dikatakan cukup berhasil untuk menarik target pasar. Hal itu terbukti dengan adanya 2 buah cabang Omus di kota Yogyakarta ini.

C. KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah kami himpun melalui survey questioner yang kami bagikan ke 3 (tiga) jurusan, yaitu Ilmu Komunikasi, Hubungan Internasional, dan Ilmu Pemerintahan UMY, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat aware mahasiswa/i Fisipol terhadap brand Omus lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengetahui merek Omus (57 : 46).
Hal itu terbukti dari jumlah keseluruhan kuesioner yang telah kami bagikan pada responden ketiga jurusan tersebut. Untuk jurusan Ilmu Komunikasi, dari jumlah 43 responden terdapat 30 responden yang mengetahui Omus. Dari jurusan Hubungan Internasional, terdapat 15 dari 29 responden yang juga mengetahui Omus. Dan jurusan Ilmu Pemerintahan 12 dari 28 total responden mengetahui Omus.
Bila disimpulkan lebih lanjut, dari 103 responden mahasiswa Fisipol UMY terdapat 55% yang aware terhadap brand Omus dan 45% non-aware terhadap brand Omus. Dengan kata lain, salah satu strategi brand awareness yang dilakukan oleh Omus melalui event Broadcaster Award#2 lalu dapat dikatakan berhasil.

Tidak ada komentar: